Paid 2 click

Sohib

Clixsense

Minggu, 29 Januari 2012

Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT)

Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) terletak di Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) dan Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) di Provinsi Riau serta Kabupaten Bungo Tebo dan Kabupaten Tanjung Jabung di Provinsi Jambi. Luas keseluruhan Taman Nasional Bukit Tigapuluh ini awalnya adalah 127.698 hektar berdasarkan SK Menteri Kehutanan, SK No. 539/Kpts-II/1995. Kemudian luasnya ditambah menjadi 144.223 hektar berdasarkan Sk Menteri Kehutanan, SK No. 6407/Kpts-II/2002. Tetapi pada kenyataannya, telah terjadi pengurangan lahan akibat perluasan perkebunan sawit yang dilakukan oleh beberapa perusahaan dan masyarakat. Kurangnya koordinasi antar instansi dan departemen (kehutanan, pertanian/perkebunan, pemerintah propinsi/kabupaten) beserta jajarannya ke bawah, menyebabkan keluarnya izin perkebunan di lokasi TNBT tersebut. Semula kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh merupakan hutan lindung dan hutan produksi terbatas. Meskipun demikian, kondisi hutan taman nasional tersebut relatif masih alami. Kondisi ini mirip dengan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu Riau Indonesia.

Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT)
Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT)

Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT)
Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT)

Untuk mencapai lokasi TNBT dapat dilakukan dari Pekanbaru menuju Siberida - Rengat di Kabupaten Indragiri Hulu sejauh kurang lebih 285 km sekitar 4-5 jam perjalanan kendaraan roda 4. Dari Siberida dapat masuk ke lokasi TNBT melalui jalan bekas HPH (Hak Pengusahaan Hutan). Jika ragu dapat bertanya ke Informasi Alamat Kantor Jl. Gerbang Sari No. 9, Pematang Reba, Rengat, Indragiri Hulu, Riau. Telp. (0769) 3412255, 341279 Fax. 341132, 341148. Untuk berkirim email silahkan ke tn.bukit30@gmail.com, bukit30_np@yahoo.com. Atau dapat juga menghubungi Kantor TNBT : Jl. Raya Rengat No. 70, Pematang Reba - Rengat Indragiri Hulu, Riau. Telp. (0769) 341279; Fax. (0769) 341148 E-mail: btnbt2003@yahoo.com.

Lokasi TNBT adalah lokasi tempat tinggal "Orang Rimba/Anak Rimba/Suku Anak Dalam/Suku Kubu" dan orang "Suku Talang Mamak" serta "Suku Melayu Tua". Satu kelompok Suku Talang Mamak berada di Dusun Semarantihan Desa Suo-Suo Kecamatan Sumai, Kabupaten Tebo, Jambi. Mereka percaya akan perlunya keseimbangan alam untuk kehidupan, sehingga mereka menjaga alam TNBT dengan sebaik-baiknya. Hanya orang-orang luarlah yang merusak dan merambah alam TNBT.


Taman Nasional Bukit Tigapuluh merupakan kawasan hutan yang berbukit di tengah-tengah hamparan dataran rendah bagian Timur Sumatera, dan mempunyai potensi keanekaragaman jenis tumbuhan/satwa endemik yang bernilai cukup tinggi. Ekosistem di TNBT sangat berbeda dengan ekosistem taman nasional lainnya karena ekosistem TNBT merupakan hutan hujan tropika daratan rendah dan merupakan peralihan antara hutan rawa dan hutan pegunungan yang terpisah yang terpisah dari rangkaian pegunungan Bukit Barisan.Temperatur udara di sekitar lokasi TNBT adalah berkisar 28° – 37°C dengan ketinggian tempat 60 - 734 meter dpl, serta letak geografis 0°40’ - 1°30 LS, 102°13’ - 102°45’ BT.

Luas Taman Nasional Bukit Tigapuluh 30 TNBT :
  • Kabupaten Bungo Tebo di Provinsi Jambi = 23.000 hektar
  • Kabupaten Tanjung Jabung di Provinsi Jambi = 10.000 hektar
  • Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) dan
  • Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) di Provinsi Riau = 111.223 hektar
Peraturan Penetapan Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) :
  • Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 539/Kpts-II/1995 dengan luas 127.698 hektar
  • Ditetapkan Menteri Kehutanan, SK No. 6407/Kpts-II/2002 dengan luas 144.223 hektar

Jumat, 20 Januari 2012

Air Terjun Aek Martua | Wisata Rokan Hulu

Air Terjun Aek Martua | Wisata Rokan Hulu
Wisata Riau - Air Terjun Aek Martua ini adalah salah satu wisata unggulan di kabupaten Rokan Hulu (Rohul) Provinsi Riau Indonesia. Aek Martua adalah nama sebuah sungai di wilayah Desa Tangun Kecamatan Bangun Purba dan Air Terjun Aek Martua adalah air terjun yang tertinggi dari sekian banyak air terjun yang terdapat disepanjang hulu sungai. Bukit Simalombu inilah nama kawasan ini yang merupakan hutan alam berstatus Taman Hutan Raya dengan potensi pohon ratusan kubik. Nama Aek Martua berasal dari bahasa suku Mandailing yang artinya adalah Air Bertuah, dimana mayoritas penduduk desa ini adalah suku mandailing.


Air Terjun Aek Martua | Wisata Rokan Hulu
Air Terjun Aek Martua
Lokasi air terjun Aek Martua berada di kawasan pegunungan Bukit Barisan dalam kabupaten Rokan Hulu. Air Terjun Aek Martua ini memiliki keunikan dan keistimewaan tersendiri karena memiliki tiga tingkat. Aek Mertua ini memiliki panorama alam yang mempesona. Airnya yang jernih bak kemasan air mineral, sungguh membuat sedap mata memandang. Di samping menjadi obyek wisata, sekarang Aek Martua ini, telah pula menjadi objek penelitian oleh sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Pekanbaru.


Air Terjun Aek MartuaUntuk mengunjungi Air Terjun Aek Martua ini anda dari Pekanbaru – Pasir Pengaraian ( naik angkutan L300 atau Superban Rp. 35.000) turun di Simpang Tangun. Kemudian naik angkutan menuju Tangun dengan jenis Oplet dan Omprengan Rp. 5000. Di pintu masuk objek wisata ini mulai melewati jembatan gantung dan jalan setapak di perkebunan masyarakat sejauh kurang lebih 3, 5 Km, kemudian melewati kawasan hutan lindung sejauh kurang lebih 3 Km. terdapat tanjakan dan turunan yang lumayan curam serta pemandangan indah. Panorama hutan yang masih alami akan menemani kita menuju Air Terjun Aek Martua ini.

Selasa, 27 Desember 2011

Pulau Cubadak – Surga di Sumatera

Kawasan Cubadak pada mulanya adalah bekas kawah dengan luas sekitar 40 km persegi. Pulau ini tidak berpenduduk, kecuali hanya segelintir rumah nelayan sebagai tempat persinggahan saat kemalaman melaut, dan dipenuhi hutan lebat. Sejumlah satwa burung dan binatang liar seperti monyet, rusa, babi hidup di sini. Cubadak merupakan salah satu dari puluhan pulau kecil di lepas pantai Sumatra Barat.
Sebenarnya ada banyak pulau kecil yang berpotensi besar di kawasan ini. Diantaranya Mentawai, Sipagang, Sikuai, Pasumpahan, Sirandah, Penyu, dan lain-lain. Sayangnya baru Cubadak dan Mentawai yang sudah digarap dan dipromosikan dengan baik.
Pulau Cubadak yang namanya telah mendunia dan menjadi ikon Kabupaten Pesisir Selatan ini memiliki luas wilayah 5.749 km persegi dan berada 0-1.000 meter di atas permukaan laut. Dengan posisi memanjang dari utara ke selatan di bagian barat Sumatra Barat, Pesisir yang memiliki 218 km panjang pantai memang memiliki potensi di bidang pariwisata.
cubadak-islandKawasan Cubadak pada mulanya adalah bekas kawah dengan luas sekitar 40 km persegi. Pulau ini tidak berpenduduk, kecuali hanya segelintir rumah nelayan sebagai tempat persinggahan saat kemalaman melaut, dan dipenuhi hutan lebat. Sejumlah satwa burung dan binatang liar seperti monyet, rusa, babi hidup di sini.
Panjang pantainya lebih 1,5 km dan lahan yang dikuasai pengelola Cubadak adalah sekitar tujuh hektar. Jika Mentawai adalah surga para peselancar, maka Cubadak adalah surga para penyelam karena dasar laut yang mengelilingi pulau ini ditumbuhi terumbu-terumbu karang yang indah dan ikan hias warna-warni.
Di antara wisatawan Eropa lainnya, orang Jerman termasuk yang cukup antusias berkunjung ke pulau yang dijuluki Paradiso Village ini. Semua itu tak lepas dari promosi gencar dari sejumlah media di Jerman tujuh tahun yang lalu. Saat itu, satu tim TV Bavarian datang ke Cubadak untuk menggarap sebuah film dokumenter. Mereka melakukan pengambilan gambar dari berbagai sudut untuk menggambarkan keindahan Cubadak.
Setelah diputar di Jerman, film berdurasi 30 menit itu mendapat sambutan yang luas dan mampu menjadi magnit bagi orang Jerman untuk datang ke Cubadak. Ratusan telepon pun masuk ke stasiun TV tersebut. Mereka umumnya menanyakan bagaimana perjalanan ke Sumatra Barat, Indonesia. Sebab selama ini mereka hanya mengenal Bali atau Lombok.
Selain itu, sejumlah media cetak saat itu juga menulis artikel panjang soal pulau “surga” ini. Majalah wanita Bild de Rau misalnya, memuat tulisan berjudul “Pulau Tersenyap di Dunia” dan koran Munchener Abendpost menulis “Bagaimana Mencapai Pulau Cubadak”.
cubadak

Menurut Tom Plummer, pengelola kapal pesiar berkebangsaan Australia yang sudah lama berdomisili di Padang, banyak sekali wisatawan asing yang awalnya tidak menyangka keistimewaan Pulau Cubadak. Bahkan tak jarang para wisatawan yang datang ke Sumatra Barat pada awalnya mengeluhkan perjalanan dari Bandara Tabing ke Carocok yang lumayan melelahkan karena jalannya berbelok-belok dan banyak tikungan. “Tapi begitu sampai di Pulau Cubadak, mereka akan kaget betapa indahnya pulau ini dan sama sekali tidak menyesal pernah ke sana,” ujar Tom.
Tom yang kini juga mengelola sebuah toko olahraga di Jalan Hiligoo Padang bahkan berani mengatakan bahwa orang yang datang ke Cubadak pasti akan terkesan. Paduan olahraga air sambil menikmati kesenyapan pulau ini bakal menimbulkan kerinduan yang akan membuat pengunjung ingin kembali lagi ke sini. Nah untuk membuktikannya rasanya Anda mesti berkunjung ke sana sendiri.

Kelimutu Lake Flores Island: The Mysterious Tricolored Lakes in Indonesia

KELIMUTU LAKE


The first time kelimutu lake just had 3 colours,they were red, blue, and white but after that it change become red, green, and black. the people in Ende believe that every colour symbolize of something.
The red lake symbolize of a place for the soul of people who had make wickedness like use black magic,killed,etc . And the Ende people call the red lake with "Tiwu Ata Polo".
And then "Tiwu Nuwa Muri Koo Fai" or the blue lake symbolize as a place of the younger's soul gather together after they were die, and now the blue lake change to green lake along with the time.
And the last one is the white lake which change to black lake is called "Tiwu Ata Mbupu" by Ende people and they belive that the black lake is a place of the adult's soul gather together after they were die.



Kelimutu lake was found by Van Such Telen and it become famous after Y. Bouman wrote in his note in 1929 so the people from all the world come to see the beautifulness of Kelimutu Lake and they always looking for more story of Kelimutu Lake.


Now the colour of Kelimutu Lake change again become green lake. and that colour for all lake and according to the ethnic leader of Ende, it is a symbol of a havoc will be happen. He can say like that because at December, 12th 1992, Ende, Maumere, and other regency in Flores island got earthquake and it was began with all colours of Kelimutu Lake change. So the people believe that something will be happen and they don't know when it will be happen. They just expect that every havoc will not be happen.

Kamis, 22 Desember 2011

Inilah 10 Ekosistem Pulau Terunik Di Dunia (Indonesia Inside)

Banyak pulau-pulau terpencil di seluruh dunia memiliki beberapa fauna dan flora yang unik di dunia. Beberapa spesies tanaman dan hewan tidak ditemukan di tempat lain dan telah berevolusi khusus. Karena pulau-pulau ini menyediakan tempat berlindung dari persaingan ketat yang dihadapi oleh spesies di benua itu, spesies akan berkembang memanfaatkan kondisi yang mereka hadapi. Sebagai warisan sejarah evolusi unik, ekosistem ini adalah harta alam yang tak tergantikan. Berikut ini adalah daftar 10 pulau ekosistem yang paling unik di dunia.



Mona Island

Mona Island

Pulau Mona terletak di tengah Mona Passage dan secara administratif merupakan bagian dari Puerto Rico. Ini adalah yang terbesar dari tiga pulau yang terletak di selat, yang lain adalah Pulau Monito and Pulau Desecheo. Pulau ini ditemukan oleh Columbus tahun 1493, selama perjalanannya yg kedua ke Dunia Baru. Pulau Mona telah menjadi cagar alam sejak 1919 dan tak berpenghuni lebih dari 50 tahun. Karena topografi dan ekologi yang unik maka Mona, Desecheo dan Monito telah dijuluki sebagai "Kepulauan Galapagos Karibia". Iguana Mona Yg ditemukan di tempat lain di dunia, dianggap spesies yang paling spektakuler di pulau itu. Sebagai herbivora asli terbesar yg berasal dari ekosistem ini, mereka sangat penting untuk menjaga keseimbangan antara iklim dan vegetasi. Pulau ini juga rumah bagi banyak gambar gua yang ditinggalkan oleh penduduk pulau pada masa pra-Columbus.

Sir Bani Yas

Sir Bani Yas

Sir Bani Yas adalah pulau terbesar alam di Uni Emirat Arab. Selama dua dekade terakhir pulau itu telah dirubah menjadi suaka margasatwa oleh oleh penguasa Uni Emirat Arab, Sheikh Zayed. Jutaan pohon ditanam dan banyak spesies hewan diperkenalkan ke pulau, termasuk rusa, rhea, jerapah, dan burung unta. The Arabian gazelle, jenis kijang, sekarang sudah punah di alam liar, tetapi Sir Bani Yas Island adalah rumah bagi lebih dari 400 ternak yang berkeliaran dengan bebas di pulau itu.

Lord Howe Island

Lord Howe Island

Lord Howe Island adalah sebuah pulau kecil di Laut Tasman, 600 kilometer (370 mil) timur dari daratan . Australia Lord Howe Island adalah sebuah contoh luar biasa dari suatu ekosistem pulau yang dikembangkan dari aktivitas gunung berapi bawah laut, memiliki keragaman pemandangan langka, flora dan fauna. Tingginya proporsi spesies endemik memberikan ilustrasi yang luar biasa dari proses evolusi independen di tempat kerja. Hampir setengah dari tanaman asli pulai ini merrupakan endemic. Salah satu yang paling terkenal adalah Howea, yang merupakan anggota genus palm yang dikenal dengan palm kentia dan dapat menjadi tanaman penghias rumah. Beberapa juta diekspor setiap tahun yang merupakan sebuah industry besar di pulau itu selain pariwisata. Pulau Lord Howe berpenduduk sekitar 350 orang. Hanya 400 wisatawan yang diizinkan untuk mengunjungi pulau ini pada satu waktu.

Mount Bosavi

Mount Bosavi

Gunung Bosavi adalah sebuah gunung berapi di Dataran Tinggi Selatan Provinsi Papua New Guinea. Sebuah ekspedisi pada tahun 2009 oleh sebuah tim ilmuwan internasional dan kru televisi dari BBC telah menemukan lebih dari 40 spesies, yang sebelumnya tidak diketahui ketika mereka turun ke kawah dalam Gunung Bosavi dan mengeksplorasi habitat hutan perawan yang dipenuhi kehidupan yang telah berkembang dalam isolasi sejak gunung berapi meletus terakhir pada sekitar 200 000 tahun yang lalu. Spesies yang ditemukan di tempat ini adalah 16 spesies katak, setidaknya 3 ikan, aneka serangga, laba-laba, kelelawar dan seekor tikus raksasa, berukuran 82 cm (32 inci) dari hidung ke ekor dan berat sekitar 1,5 kg.

Ogasawara Islands

Ogasawara Islands

Kepulauan Ogasawara adalah sebuah kepulauan yang terdiri dari 30 pulau subtropis dan tropis, secara administratif merupakan bagian dari Tokyo tetapi terletak sekitar 1.000 kilometer (620 mil) di selatan kota. Sampai 1830, Kepulauan Ogasawara tidak berpenghuni dan disebut "Muninjima" (berarti "pulau tak berpenghuni") yang berubah menjadi nama , menjadi Bonin Islands. Karena mereka telah bebas dari aktivitas manusia sampai saat ini, ekosistem pulau telah dijaga dengan baik. Kepulauan Ogasawara kadang-kadang disebut sebagai Galapagos Timur. Saat ini ada sekitar 2.300 orang yang tinggal di pulau Chichijima dan Hahajima, dan sekitar 17.000 wisatawan mengunjungi pulau-pulau setiap tahun, karene tertarik oleh ekosistem pulau yang unik dan keindahan lautnya.

Mount Roraima

Mount Roraima

Sebuah tepuiis sebuah “gunung meja” atau mesa ditemukan di dataran tinggi Guyana di Amerika Selatan. Tepui yg tertinggi (2772 m/9094ft) dan paling terkenal adalah Gunung Roraima. Karena gunung benar-benar diisolasi dari tanah hutan, hampir sepertiga dari spesies tanaman hidup di Roraima berevolusi di sana menjadi bentuk yg unik di dataran tinggi. Gunung Roraima telah dibuat terkenal pada tahun 1912 ketika Sir Arthur Conan Doyle menulis novel fiksi yang berjudul The Lost World. Dia menggambarkan pendakian gunung Roraima oleh sebuah ekspedisi untuk mencari tanaman prasejarah dan dinosaurus yang, ternyata mereka hidup terisolasi dan tidak berubah selama jutaan tahun di puncak gunung.

Christmas Island

Christmas Island

Dinamakan pada 1643 untuk hari penemuan, Christmas Island merupakan wilayah Australia di Samudera Hindia. Pulau ini terletak 2.600 kilometer (1.600 mil) barat laut kota Perth. Kota ini memiliki populasi sekitar 1.400 jiwa. Geografis yg terisolasi dan sejarah gangguan manusia yg minimal di pulau menyebabkan endemic yang tinggi di antara flora dan fauna di sana. Spesies endemik pulau yang paling terkenal mungkin adalah kepiting merah. Meskipun terbatas pada wilayah yang relatif kecil, diperkirakan bahwa sampai saat ini terdapat 120 juta kepiting merah dapat hidup di pulau itu, sehingga yang paling melimpah dari 14 spesies kepiting darat di Christmas Island. Migrasi massal tahunan kepiting merah ke laut untuk bertelur telah disebut salah satu keajaiban dunia alami dan berlangsung setiap tahun sekitar November.

Socotra

Socotra

Socotra atau Soqotra, sebuah daerah di lepas pantai Yaman, adalah sebuah kepulauan kecil dari empat pulau di Samudera Hindia. Pulau terbesar, juga disebut Socotra, mempunyai luas sekitar 95% dari daratan kepulauan. Pulau ini sangat terpencil dan terletak sekitar 240 kilometer (150 mil) timur Tanduk Afrika dan 380 km (240 mil) selatan Semenanjung Arab. Isolasi waktu geologi di kepulauan Socotra dan panas sengit dan kekeringan telah memberikan kontribusi untuk menciptakan ekosistem yang unik dan menakjubkan. Survei telah mengungkapkan bahwa lebih dari sepertiga dari 800 atau lebih spesies tanaman dari Socotra yang ditemukan di tempat lain.

Komodo National Park

Komodo National Park

Taman Nasional Komodo adalah sebuah taman nasional di Indonesia terletak di Kepulauan Sunda Kecil. Taman mencakup tiga pulau utama Komodo, Padar dan Rincah, dan 26 yang lebih kecil. Taman ini awalnya didirikan untuk melestarikan Komodo Naga yang unik, kadal terbesar di dunia. Sejak itu tujuan konservasi diperluas untuk melindungi seluruh keanekaragaman hayati, baik laut dan darat. Komodo adalah reptil hidup terbesar dan bisa mencapai 3 meter atau lebih panjangnya dan beratnya lebih dari 70 kg. Karena ukuran mereka, kadal ini mendominasi ekosistem pulau di mana mereka tinggal. Meskipun Komodo kebanyakan makan bangkai hewan yang mati, mereka adalah predator tangguh dan juga akan berburu mangsa termasuk burung, dan mamalia.


Galapagos Islands

Galapagos Islands

Kepulauan Galapagos adalah kepulauan kecil yang termasuk pulau vulkanik di Ekuador di Samudra Pasifik bagian timur. Pulau-pulau yang cukup terpencil dan terisolasi, terletak sekitar 1000 km (620 mil) barat Amerika Selatan. Kepulauan Galapagos terdiri dari 15 pulau utama, tiga pulau yang lebih kecil dan 107 pulau batu dan tersebar di sekitar khatulistiwa. Kepulauan Galapagos terkenal di duni karena ekosistem yang unik dan pulau yang merupakan sumber inspirasi bagi teori seleksi alam oleh Charles Darwin. Kura-kura raksasa, singa laut, penguin, iguana laut dan spesies burung yang berbeda semua dapat dilihat dan didekati. Kontrol ketat terhadap akses wisata diselenggarakan dalam rangka untuk melindungi habitat alam. Pulau-pulau saat ini menerima rata-rata 60.000 pengunjung per tahun.

Minggu, 11 Desember 2011

Bali Pulau Wisata Terbaik Dunia





Pulau Dewata selama ini dikenal sebagai surganya dunia. Bahkan, tak hanya orang Indonesia saja yang mengakui pulau itu sebagai pulau wisata paling indah. Wisatawan dunia bahkan menobatkan Pulau Bali sebagai pulau wisata terbaik dunia.

Hebatnya, predikat ini tak hanya sekali disandang pulau kecil di timur Pulau Jawa itu. Pada tahun 2007 silam, Bali juga mendapat predikat yang sama dari beberapa media terkemuka dunia.

Tentu ini merupakan kebanggaan kita bersama. Apalagi, mengingat beberapa kali Bali diguncang peristiwa bom yang mengguncang dunia pariwisata kita.

Untuk saat ini, yang memberi predikat Bali sebagai pulau wisata terbaik di dunia adalah sebuah majalah "Luxury Travel Magazine" dari London, Inggris. Bali diberi predikat sebagai "The Best Exotic Destination" oleh pembaca majalah tersebut yang tersebar di 27 negara.

Sebelumnya, pada tahun 2007 Bali menerima tiga jenis penghargaan serupa dari dua majalah besar di Asia dan satu lagi dari sebuah majalah terkemuka di Amerika Serikat. Sedangkan tahun 2006 tercatat 4,7 juta pembaca majalah TIME yang terbit di Amerika Serikat menetapkan pilihannya Bali sebagai pulau wisata terbaik di dunia. Demikian pula Travel +Leisure di Amerika Serikat. Majalah tersebut juga pernah menetapkan Bali sebagai pulau wisata terbaik di belahan dunia yang layak dikunjungi masyarakat internasional.

Penghargaan dari "Luxury Travel Magazine" sendiri menurut Kepala Dinas Pariwisata Propinsi Bali Drs I Gde Nurjaya sudah diserahkan kepada Kedutaan Besar RI (KBRI) di Inggris. Ia menambahkan dengan sebuah harapan, yakni agar penghargaan tersebut bisa mengukuhkan bahwa wisata di Indonesia, Bali khususnya, tetap aman dan nyaman dikunjungi.

Bagi kita, hal ini tentu juga harus bisa dijadikan sebagai sarana introspeksi untuk terus meningkatkan kualitas pariwisata Indonesia secara keseluruhan. Dan, tentunya, bukan hanya Bali. Namun, keindahan Indonesia secara keseluruhan diharap bisa mendatangkan sebanyak mungkin wisatawan, utamanya di tahun yang ditetapkan sebagai Visit Indonesia Year 2008 ini. Semoga, ini jadi awal yang baik di awal tahun 2008 demi kemajuan wisata Indonesia


Rabu, 30 November 2011

Komodo Dragons and Their Islands

Komodo dragons are the world's largest lizards. They live on the islands of Komodo, Rinca and other tiny surrounding islands, and on the westernmost part of Flores Island in Indonesia. Komodo is west of Flores, east of Sumbawa, and north of Sumba.
If you are an ordinary person, you can only reach Komodo by boat. If you are a wealthy celebrity, you might be able to get permission to fly there in a helicopter and use the helicopter pad that was constructed especially for President Suharto.
Komodo and Rinca are odd islands. They are dry, hot, and relatively barren compared to the lush and jungly islands to the east and west of them in the Nusa Tenggara island chain. As you approach from a distance, you see Komodo as a low, hilly island.

Photograph of Komodo Island.

As you get closer, you can see the barren, rocky terrain of Komodo.

Photograph of Komodo Island.

Here is a close-up view of the dock at Rinca. Both Komodo and Rinca belong to a National Park system designed to protect and preserve the endangered Komodo Dragon.

Photograph of Rinca Island.

These islands are composed of a silica-rich rock called rhyolite porphyry. The rhyolite contains large, perfect doubly terminated quartz crystals (lacking the prism faces), some of which are up to a centimeter long. The rhyolite is also rich in magnetite, which weathers out of the rock to form magnetite-rich sand on some of the beaches. In places, silica-rich groundwater has replaced the bedrock with chert. On Rinca, one can see fragments of worked chert lying around near the outcrops. These rocks are geologically distinct from the rocks found on islands to the east and west, which are more mafic in character.


If you want to see the big Komodo dragons, you should get to the park early, before 6:00 a.m. when the first tour starts. Even this early, the island is hot. You should dress lightly, and bring a lot of water. Before the tour starts, you can visit the little museum they have at park headquarters, where you can see an exhibit of the various rock types found on the island, and a display of all their poisonous snakes, of which there are a great many. You can also pet the many deer that hang out at park headquarters. The big dragons don't come into the park headquarters area, so the deer are safe there. You can also see a lot of the little Komodo dragons, the young ones, who must spend their first several years in trees to be safe from their elders, who would gladly eat them. Komodo dragons are cannibals who eat their own young, and even other adults when they can pull it off.

The tour is led by a couple of men from the park service. The men carry long, forked sticks, but say that their main protection from the dragons is the special rapport they have with them. They tell us that the dragon is called ora locally, and they talk about their habits and behaviors. They used to bring a goat with them to feed to the dragons on the river bank where the lizards gather, but this practice has been discontinued.

Sign saying, "Dangerous Area - Watch out, Komodo crossing - Be silent."

You soon pass the sign that warns, "Dangerous area - watch out. Komodo crossing. Be silent." The park service men tell us that silence is necessary not to avoid scaring the dragons, but to avoid attracting them. The dragons are large, ferocious predators that are fully capable of killing and eating a human being. The men recount several tales of dragons eating people. The most famous story is that of the German tourist who went to the beach alone to sunbathe. All that was found of him were his glasses and his camera.
As we were walking along the path, a large dragon came along. The park men had us stand in a single row along the edge of the path and told us to stay still and quiet. We did this, and the dragon swung by us, eyeing us and flicking his tongue. After he had passed, we went on our way.
The hike is fairly long and very hot. The destination is a river bank by a dry creek bed where the dragons like to gather to sun themselves in the morning. The park has constructed a fenced-in area for tourists to stand in while observing the dragons. This is like a zoo in reverse. The people are in the cage and the animals are on the outside.

Dragons sunning themselves by the creek.

If you get there early enough, you will see lots of big dragons. They move about languidly, slowly, ambling around in a clumsy, shambling manner on their pillar-like legs.

A pair of large Komodo dragons strolling.

It's hard to believe, watching them, that they are capable of running as fast as a dog.

Photograph of a walking Komodo dragon.

The park service guys stay outside with the lizards, holding their big forked sticks and keeping an eye on everyone.

Two park service personnel keep an eye on the Komodo dragons.

Like other reptiles, the Komodo dragons detect chemical signals such as odor and taste with their long, forked tongues. The one below is checking out the delicious tourists on the other side of the fence.

A dragon checks out the tourists.

The giant lizards have powerful claws which they use to devastating effect in fights with other lizards. Males have scratching fights with each other during mating season.

A ferocious, scowling Komodo dragon.

Once the sun gets high, the Komodo dragons head down the river bank to the dry stream bed below, to the left on the picture below. The dragons dig deep burrows where they get cool, and where they lay their eggs.

The dragons head for the stream bed.

Komodo dragons drool copiously, as shown below. Their saliva is not venomous, but the mouth of a Komodo dragon is so full of bacteria that a bite from one almost always leads to infection. If untreated, the infection is usually fatal. This is one way in which the dragons get food. They hide in the scraggly jungle and wait for a victim to pass by. The victim is most often a deer, carabao or goat. The dragon attacks the prey, and may succeed in killing it on the spot. Otherwise, the bites sustained by the victim will generally kill it eventually, and the dragons will then eat the carrion.

Drooling Komodo dragon.




Komodo dragons are a kind of monitor lizard. Their scientific name is Varanus komodoensis. We have a monitor lizard on Guam that is a smaller relative. Whereas the Komodo dragon can reach a length of 3 meters (about 10 feet), our little one can only get to be a little more than one meter long at most. Below is a baby monitor lizard that we rescued from our cats. The local name for our lizard is hilitai.

Photograph of a baby Guam monitor lizard.

Komodo dragons are the largest kind of lizard still living on Earth, but they are not the largest reptile. Alligators and crocodiles get bigger than Komodo dragons. Alligators and crocodiles are also more closely related to dinosaurs than are Komodo dragons.
Komodo dragons are excellent swimmers, and can swim from one island to another. The island of Komodo has many beautiful beaches where a visitor can play and swim, but the presence of Komodo dragon foot- and tail-prints in the sand warns the visitor to be cautious and watchful.
Some of Komodo's beaches have beautiful pink sand, tinted by fragments of red coral mixed in with other shell and coral fragments. Other beaches have gray sand derived from cliffs of rhyolite. Heavy black sand composed of nearly pure magnetite accumulates next to the cliffs.
The snorkeling and diving around Komodo are some of the best in the world, especially for seeing soft corals. A professional diver told us, "You know, when you're a diver, you spend your life dreaming of and searching for the best dive site in the world. Well, Komodo is it."

Photograph of Komodo's reef.

These photographs were taken with one of those disposable waterproof cameras, since we don't have any fancy equipment capable of underwater photography!

Photograph of Komodo reef.

This is what we saw snorkeling close to shore.

Photograph of Komodo reef.

The water felt cold to us, unlike the bath-water temperatures of the ocean around Guam.

Photograph of Komodo reef.

Clusters of beautiful, long-spined black sea urchins are one of the many reasons why people should be careful where they put their feet on the reef! These creatures had beautiful iridescent orange and blue spots in amongst their spines.

Photograph of sea urchins in Komodo.

Altogether, Komodo is one of the most fascinating places on Earth.


Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Enterprise Project Management